Sabtu, 12 Januari 2013

Contoh Cerpen Singkat

KUE BANDUNG PENGANTAR CINTA


SMP Putra Dewa awal tahun pelajaran. Murid-murid terlihat gembira memasuki gerbang sekolah dengan tas dan sepatu baru mereka. Terlihat juga murid-murid berseragam SD memasuki gerbang SMP Putra Dewa. Siapakah mereka? Mengapa murid-murid berseragam SD itu memasuki SMP Putra Dewa? Ohh ternyata mereka adalah murid-murid baru SMP Putra Dewa yang sedang melaksanakan Masa Orientasi Sekolah atau lebih dikenal MOS. Kegiatan pembelajaran diawali dengan upacara bendera. Setelah upacara bendera selesai, Kepala SMP Putra Dewa meresmikan dilaksanakannya MOS SMP Putra Dewa tahun 2012. Lalu peserta MOS memakai atribut mereka.

Selesai upacara bendera dan peresmian peserta MOS 2012, murid-murid kembali ke kelas mereka masing-masing. Bagi peserta MOS belum bisa mengikuti pelajaran seperti murid kelas VIII dan IX, tetapi masih dalam masa pengenalan sekolah yang akan dibimbing oleh pengurus OSIS. Ara, Vivi, dan Bintang adalah pengurus OSIS yang mendapat jatah untuk membimbing peserta MOS di gugus III. Pertama-tama, Ara, Vivi, dan Bintang berkenalan dengan semua peserta MOS di gugus III. Ketika berkenalan Ara merasa ada yang berbeda dengan salah satu peserta di gugus III. Anak itu selalu memperhatikan Ara daripada Vivi dan Bintang. Lalu Ara menghampiri dan berkenalan dengan anak yang selalu memperhatikannya itu.
“ Siapa namamu Dek?” sapa Ara.
“Aku Deva Kak, Kakak?” tanya Deva.
“Aku Ara.”
Tetapi Ara tidak terlalu memikirkan anak aneh itu. Ia berpikir mungkin Deva memperhatikannya karena ia cantik atau manis. Hahahaa… pede banget Si Ara!
Setelah cukup lama berkenalan dan bercerita tentang SMP Putra Dewa dengan peserta MOS gugus III, bel istirahat pun berbunyi. Semua anak langsung keluar kelas. Tetapi mereka keluar bukan untuk membeli makanan di kantin, melainkan untuk meminta tanda tangan para pengurus OSIS. Itu adalah salah satu kebiasaan ketika MOS di SMP Putra Dewa. Ketika Ara sedang duduk dibawah pohon sambil menikmati gorangan Mbak Inul, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang memanggilnya.
“Kak Ara!” teriak Deva.
Kemudian Ara pun mencari asal suara itu. Ternyata yang memanggilnya adalah Deva, salah satu peserta MOS gugus III. Deva ingin meminta tanda tangan kepada Ara.
“Iya, ada apa Dek?” tanya Ara.
“Kak, minta tanda tangannya dong,pinta Deva
“Boleh Dek, tapi ada syaratnya.”
“Apa Kak?” tanya Deva bersemangat.
“Jawab pertanyaan ini. Dimana Ibu Kota Afganistan?”
“ Kabul,” Jawab Deva.
“Hemm.. benar. Mana kertasnya?”
“Ini Kak, makasih ya Kak,Deva menyodorkan kertasnya,
“Iya sama-sama.”
Bel berbunyi kembali, ini berarti waktu istirahat telah usai. Ara, Vivi, dan Bintang kembali ke ruang gugus III. Kali ini mereka mengajak peserta MOS untuk bermain. Permainanya adalah memindahkan kertas dengan sedotan. Ada 2 kelompok dalam permainan ini. Kelompok pertama baranggotakan Deva, Dimas, dan Lugas, akan melawan kelompok 2, yang beranggotakan Ajeng, Anjar, dan Oliv.
“Satu, dua, tiga, mulai!” Bintang memulai permainan.
Kemudian 2 kelompok itu berlomba-lomba memindahkan kertas. Dua menit pun berlalu, permainan telah usai.
“Lima, empat, tiga, dua, satu, selesai!” Bintang mengakhiri permainan.
Vivi menghitung banyaknya kertas yang berhasil dipindahkan oleh kelompok Ajeng, Anjar, dan Oliv. Ara menghitung milik kelompok Deva. Jumlah paling banyak adalah kelompok Deva. Jadi pemenangnya adalah Deva dan kawan-kawan.
“Horee!!” teriak kelompok Deva.
Adzan Dhuhur telah berkumandang. Ara, Vivi, Bagus, dan peserta MOS lalu menghentikan permainanya dan bergegas ke mushola unutk sholat berjamaah. Selesai sholat mereka pun pulang.
Hari kedua MOS, Ara, Vivi, Bagus mengajak peserta MOS gugus III keliling SMP Putra Dewa untuk mengenalkan ruangan-ruangan di sekolah itu. Lalu kegiatan berlanjur seperti biasanya.
Hari ketiga, ini adalah hari terakhir MOS. Acara hari ketiga adalah pentas seni dan pengesahan peserta MOS menjadi murid SMP Putra Dewa. Pentas seni pun berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang di dalam aula berjoget bersama ketia ketua OSIS SMP Putra Dewa, Sintya menyanyi sebuah lagu dangdut. Setelah pentas seni selesai, kepala SMP Putra Dewa secara resmi mengesahkan peserta MOS menjadi murid SMP Putra Dewa.
“Horee!!!” teriak seluruh siswa baru SMP Putra Dewa sembari melepas atribut mereka.
Acara selesai, kemudian semuanya pulang.
Ara duduk di depan gerbang sekolah menunggu ayahnya. Tiba-tiba seseorang duduk disebelah Ara. Ternyata orang itu adalah Deva. Deva berniat meminta nomor HP Ara.
“Belum pulang Kak?” tegur Deva
“Iya nih, lagi nunggu jemputan.” jawab Ara.
“Ohh…
Kak aku boleh minta nomor HP  Kakak enggak?”
“Buat apa?” tanya Ara.
“Ya biar lebih akrab aja Kak.”
“Oke, boleh deh.”
Malamnya, HP Ara berbunyi, nomor tak dikenal menelponnya. Lalu Ara mengangkat telpon itu.
“Hallo, siapa ya?” tanya Ara.
“Ini aku Kak, Deva,jawab si penelpon.
“Oh kamu Deva, ada apa malam-malam telpon?” tanya Ara heran.
“Enggak apa-apa Kak, kepingin coba nomor Kakak saja.”
“Iya deh.”
“Kak, aku lagi buat kue bandung nih. Kakak mau enggak? Kalau mau besok di sekolah aku bawain.”
“Ya boleh juga. Aku penasaran dengan kue bandung buatanmu.”
“Oke Kak. Sampai ketemu besok Kak.”
Paginya mereka bersekolah seperti biasa. Para pengurus OSIS tidak masuk ke ruang kelas VII lagi karena MOS telah usai. Ketika istirahat, terliha Deva berjalan menuju kelas Ara, di kelas IXH.
“Kak Ara!” Deva memanggil Ara.
“Oh iya Deva,lalu Ara keluar.
Mereka berdua duduk di bangku depan kelas IXH.
“Ini Kak kue bandungnya. Enak enggak Kak?” Deva memberikan kuenya kepada Ara.
“Hemm.. enak kok. Enggak nyangka kamu bisa buat kue seenak ini,jawab Ara sambil menikmati kue itu.
“Kak.. aku mau bilang sesuatu nih.”
“Apa? Bilang saja.
“Tapi Kakak jangan marah ya?” pinta Deva.
“Iya, janji.
“Sebenarnya aku suka sama Kakak, sejak pertama kali Kakak menjadi wali gugus III,kata Deva dengan wajah yang memerah.
“Kakak mau enggak jadi pacar aku? tanya Deva.
Ara jadi salah tingkah enggak karuan. Dia bingung harus menjawab apa. Ara tidak menyangka Deva mengungkapkan isi hatinya kepada Ara. Ternyata perhatian Deva ketika pertama kali bertemu Ara mengandung arti. Bukan sekadar perhatian biasa.
“Maaf Dek, tapi kita kan masih kecil. Belum boleh pacaran. Mending kita fokus sama pelajaran dan lebih baik kita bersahabat saja,jawab Ara dengan lembut.
“Ohh, baiklah Kak. Kita bersahabat saja.”
“Iya, makasih ya kue bandungnya. Kapan-kapan aku mau lagi dibuatin kue bandung.”
“Siap Kak! Kapanpun Kakak pingin, pasti aku buatin,jawab Deva penuh semangat.
Akhirnya mereka berdua bersahabat dan hidup bahagia. Bagi anak sekolah, persahabatan memang lebih baik dan lebih indah daripada kita harus berurusan dengan masalah pacaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar